Ada cerita nih dari daerah Indonesia yang menarik buat disimak :D
Dalam cerita sila Bende Mataram karya Herman Pratikto dan dimuat secara bersambung di Harian Berita Nasional Yogyakarta tahun 1964-1968, salah satu tokoh pendekarnya adalah Sangaji. Pendekar muda ini dilukiskan cukup sakti dan kesaktiannya itu antara lain berkat getah Pohon Dewadaru.
Entah berkaitan dengan cerita itu atau tidak, yang pasti sebgaian besar penduduk di Kepulauan Karimunjawa masih sangat mempercayai bahwa Pohon Dwadaru itu merupakan tanaman asli setempat dan dikeramatkan. Dikeramatkan, karena setiap kali ada yang membawa dahan atau ranting pohon ini keluar pulau, selalu timbul bencana , terutama terhadap kapal yang membawanya.
Kekeramatan itu semakin dikukuhkan karena di ruang tunggu lapangan terbang Dewadaru di Karimunjawa terpampang tulisan dilarang membawa pohon/dahan/ranting Dewadaru. Petugas lapangan terbang juga memerikasa barang-barang bawaan penumpang yang hendak meninggalkan Karimunjawa.
Pohon Dewadaru diyakini sebgai pohon asli dari pulau yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Jepara itu. Namun, di kepulauan ini terdapat tiga pohon Dewadaru yang berbeda satu sama lainnya. Di kompleks makam Nyamplungan yang berada di daerah perbukitan, bentuk pohonnya kecil berdiameter kurang dari delapan sentimeter ,berkulit kasar , ranting-dahannya banyak dan daunnya kecil membentang bagai ibi jari. Menurut cerita rakyat, pohon Dewadaru berasal dati tongkat yang dibawa Sunan Muria dari pesanggrahan di Gunung Muria
Sekitar 500 meter menjelang kompleks makam juga dijumpai sebatang pohon besar berdiameter sekitar 30 sentimeter tinggi lebih dari tujuh meter dengan kulit batang amat kasar. Pohon ini juga disebut pohon Dewadaru, ditandai dengan "label" yang dipaku pada batang pohon.
Lalu, menurut penduduk Dukuh Jatiurip, ada pohon Dewadaru yang dikembang biakkan oleh Kasdi (65) dan telah ditanam di berbagai lokasi perlindungan hutan dan pelestarian alam , termasuk yang ditanam di halaman depan lapangan terbang Dewadaru. Menurut pengakuan Kasdi yang telah menetap di Karimunjawa sejak tahun 1958, pohon Dewadaru yang dikembang-kannya itu berasal dari Gunung Kawi, Jawa Timur. Kualitas kayunya tidak kalah dengan Kayu Jati.
Camat Karimunjawa Oerip Budi Oetomo, menambah, ketiga jenis pohon itu memang betul pohon Dewadaru. Logikanya pohon ini bisa terdiri dari beberapa speisies. Namun , yang diyakini hampir sebagian besar penduduk Karimunjawa yang kini berjumlah sekitar 8.000 jiwa, pohon ini kompleks makam Nyamplungan itulah yang memiliki "nilai lebih".
Jika ada yang berani membawa kayu ini dalam bentuk apa pun dipastikan akan mendapat musibah. Contoh konkret, Kapal Motor Tongkol IV yang tenggelam di perairan Karimunjawa pada 11 Oktober 1983, yang menewaskan 16 orang, 18 hilang, dan 48 selamat. ternyata, salah seorang penumpang diketahui menyembunyikan ranting pohon Dewadaru yang diambil diam-diam dari makam Nyamplungan. Oleh karena itu sampai sekarang tidak ada lagi yang berani mencoba membawa ranting pohon ini keluar dari Karimunjawa.
Jika kisah-kisah di atas dikaitkan dengan pengembangan Taman Nasional Laut (TNL) Karimunjawa, "mengeramatkan" Dewadaru yang berlangsung sejak zaman Sunan Muria justru merupakan kangkah baik guna pelestarian flora itu. Namun, langkah maju itu dalam sepuluh tahun terkahir "dikotori" oleh ulah oknum yang menakibatkan kerusakan flora dan fauna di kawasan itu, seperti penjarahan ikan hias, perburuan trumbu karang, dan penebangan bakau.
Sumber : Dari Buku "BAHASA INDONESIA MUTIARA GRAMATIKA BAHASA DAN SASTRA INDONESIA , KARYA , IGN. SUKARWORO, R. SUWIGNYO, C. SARTINI, ARIF BUDIYANTO" ,Kompas, 8 Januari 2005
0 komentar:
Posting Komentar